Sinopsis Fortuna’s Eye: Ketika Cinta Bertemu Kemampuan Melihat Takdir Kematian

Sinopsis Fortuna’s Eye: Ketika Cinta Bertemu Kemampuan Melihat Takdir Kematian
Sinopsis Fortuna’s Eye: Ketika Cinta Bertemu Kemampuan Melihat Takdir Kematian. Foto: Ist

FILM, Angsoduo.net – Pembuka: Ketika Cinta Bertemu Kemampuan yang Tidak Seharusnya Dimiliki. Setiap orang punya ketakutan yang sama: kehilangan orang yang dicintai.
Tapi bagaimana jika kamu bisa melihat bahwa seseorang akan meninggal… bahkan sebelum mereka sendiri menyadarinya?

Itulah inti yang ditawarkan oleh film Jepang “Fortuna’s Eye” (2019)—sebuah drama supranatural yang memadukan cinta, takdir, dan tragedi dalam satu paket yang siap menghantam perasaan penonton tanpa ampun. Yang sudah nonton pasti setuju: film ini bukan sekadar drama… ini adalah tamparan emosional yang halus tapi mematikan.

Bacaan Lainnya

Tokoh Utama: Shinichiro Kiyama

Film ini mengikuti kisah Shinichiro Kiyama (diperankan oleh Ryunosuke Kamiki), seorang pria muda pendiam, pekerjaannya biasa, hidupnya pun… standar banget. Trauma masa kecil membuat dia selalu merasa berbeda, dan kehidupannya berjalan datar tanpa warna.

Sampai satu hari, Shinichiro menyadari sesuatu yang di luar nalar:
Ia mulai melihat tubuh orang-orang yang akan segera mati berubah menjadi transparan, seolah pelan-pelan menghilang dari dunia.

Awalnya dia pikir matanya rusak—atau pikirannya. Tapi tidak. Ini adalah “mata fortuna”, kemampuan untuk melihat takdir kematian seseorang yang berada di ambang pintu.

Superpower yang tidak diinginkan, tapi tidak bisa ditolak.

Kehadiran Aoi: Warna Baru dalam Hidup yang Pucat

Dalam hidup Shinichiro yang sepi itu, muncullah Aoi (Kasumi Arimura). Manis, hangat, dan memiliki aura yang membuat dunia terasa sedikit lebih aman.

Mereka bertemu dengan cara yang sederhana, jatuh cinta dengan cara yang sederhana… tapi hubungan mereka punya intensitas yang terasa dalam.
Shinichiro merasa hidupnya yang kusam akhirnya punya cahaya.

Tapi ya namanya juga film Jepang romantis—jangan terlalu senang dulu.

Karena suatu hari, Shinichiro melihat sesuatu yang paling ia takuti:
Aoi perlahan menjadi transparan.

Dan itu berarti… waktunya tidak lama lagi.

Konflik Utama: Cinta vs Takdir

Shinichiro berada di persimpangan paling menyakitkan:
diam dan kehilangan Aoi selamanya…
atau melawan takdir yang mungkin tidak bisa diubah.

Film ini memaksa penonton merenung:
Apakah kita bisa benar-benar menyelamatkan seseorang?
Atau hidup memang punya garis yang tidak bisa dilawan?

Shinichiro mencoba segala cara untuk mengubah masa depan Aoi. Ia menggali masa lalu Aoi, mencari akar masalah, hingga menemukan bahwa Aoi sedang menyimpan rasa sakit yang dalam. Selain faktor fisik, Aoi juga membawa beban emosional yang berat.

Namun semakin Shinichiro berusaha menyelamatkan Aoi, semakin ia harus menghadapi kenyataan bahwa kemampuan ini tidak selalu digunakan untuk menyelamatkan… tapi untuk menerima.

Pengorbanan: Harga Besar untuk Sebuah Cinta

Salah satu bagian paling emosional dari film ini adalah ketika Shinichiro menyadari bahwa untuk menyelamatkan Aoi dari takdir kematiannya… seseorang harus menggantikan posisi itu.

Dan orang itu tidak lain adalah dirinya sendiri.

Shinichiro akhirnya memilih jalan yang menghancurkan hati:
Ia menukar takdirnya dengan takdir Aoi.
Ia menerima kematian yang seharusnya menjadi milik Aoi.
Dan ia melakukan itu dengan cinta yang tanpa syarat.

Ini bukan heroik. Ini bukan dramatisasi yang berlebihan.
Ini lebih seperti keputusan sunyi yang membuat penonton terdiam… lama.

Ending: Cinta Selalu Meninggalkan Jejak

Film ini menutup ceritanya dengan momen yang sederhana tapi dalam.

Aoi selamat. Ia menjalani hidup, melangkah perlahan tapi pasti.
Namun ia selalu merasa ada “sesuatu”—sebuah ruang kosong dalam hidupnya. Sesuatu yang dia tahu hilang, tapi tidak bisa dijelaskan.

Dan di situlah letak kepedihan film ini:
Shinichiro tidak dikenang sebagai pahlawan, tidak disebut, tidak diabadikan.
Tapi kehadirannya “diketahui” oleh hati Aoi, sampai akhir.

Bukan lewat cerita…
melainkan lewat perasaan yang tidak pernah hilang.

Penutup: Film yang Mengajarkan Tentang Melepaskan

“Fortuna’s Eye” bukan film aksi. Bukan fantasi berat.
Ini adalah film kecil, tenang, lembut… tapi menghantam emosi.

Dengan gaya khas drama Jepang—perlahan, diam, penuh simbol—film ini terasa seperti puisi tentang takdir, cinta yang tidak bisa memiliki, dan pilihan yang menyakitkan tapi tulus.

Kalau kamu sedang ingin film yang bikin mikir, bikin perasaan nyelekit sedikit, dan bikin diam lima menit setelah film selesai… ini jawabannya.

Lalu bagaimana cara nonton film ini. Gampang. Buka browser, ketik yandex.com, setelah terbuka situs pencarian yandex, ketik nonton film korea Fortuna’s eye 2019 lk21. Tinggal pilih website mana yang mau diakses. (ndy)

Pos terkait