Mengemudikan Laut
Oleh :
Ari Setya Ardhi
mendiami dunia laut, aku bersiap
menyambut segala tantangan badai.
membangun kehidupan sampan dengan
sauh kepala sembari mengembangkan
layar di dada. merapat, berlabuhlah
riak-riak kedamaian, menyusun
kebersahajaan panorama dalam rumah
dermaga yang kita bangun bersama.
membiarkan pulau kenangan menjadi
lambai nyiur yang bergegas kita tinggalkan
aku telah mengemudikan laut,
menampias buih-buih ombak
sebagai deru penepis gelisah
lalu mendirikan benak pantai
agar anak-anak bebas berkejaran,
memburu keterbatasan tradisi,
bermain impian pasir di bawah
rumah yang terbakar, atau
menangisi kematian ikan yang terkapar
mengisi setiap desah samudra masa depan
yang memang tak mampu kuperdagangkan!
mengemudikan laut,
aku harus menjadi nahkoda
yang selalu menyimak perputaran
hari. mempedulikan keraguan tuju,
belajar membaca kompas nasib dengan
kepasrahan yang telah kita terjemahkan
merapatkan jarak pecahan mercusuar
maka, lihat kekukuhan jangkarku
menancap sampai dasar-dasar dahaga
menebus berbagai kekalahan pelayaran
22 September 1999
(Alm) Ari Setya Ardhi adalah salah seorang penyair Jambi yang termahsyur di era 90-an.
Lahir di Jakarta 31 Mei 1967, selain puisi, ia juga menulis cerpen, cerbung, dan esai yang pernah dipublikasikan berbagai media massa pusat maupun daerah.
Antologi tunggalnya antara lain
Bayang-bayang Kelabu I-II (1986-1987)
Sajak Matahari (1991)
Etude (1993)
Opus (1996)
Metro (1998)
Tembang Antar Benua (Manuskrip, 1988)
Sedangkan sajak lainnya terhimpun dalam sekitar 40-an antologi bersama diantaranya :
Cerita Dari Hutan Bakau (Pustaka Sastra Jakarta)
Batu Beramal I (HP3N Malang),
Dari Negeri Poci 3 (Tiara Jakarta),
Mimbar Penyair Abad 21 (PN Balai Pustaka Jakarta),
Zamrud Khatulistiwa (Pusat Kajian Bahasa Yogyakarta)
Antologi Puisi Indonesia (Angkasa Bandung)
dan lainnya.
Artikel lain :